Nasional
Terima Peserta World Reformed Fellowship, Eko Sulistyo Jelaskan Demokrasi dan Pluralisme di Indonesia
![Terima Peserta World Reformed Fellowship, Eko Sulistyo Jelaskan Demokrasi dan Pluralisme di Indonesia](https://kabartangerang.com/assets/uploads/2019/08/Terima-Peserta-World-Reformed-Fellowship-Eko-Sulistyo-Jelaskan-Demokrasi-dan-Pluralisme-di-Indonesia.jpeg)
JAKARTA β Pendiri bangsa Indonesia sudah merumuskan fondasi penting di dalam undang-undang dasar, bahwa Indonesia dibentuk bukan negara agama, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembukaan UUD 1945 pun menegaskan bahwa ideologi Pancasila sebagai dasar negara yang mempersatukan.
Pernyataan itu disampaikan Deputi Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kepala Staf Kepresidenan Eko Sulistyo saat menerima peserta World Reformed Fellowship (WRF) yang berkunjung ke komplek Istana Kepresidenan, Kamis, 8 Agustus 2019.
Sidang Raya WRF berlangsung di Kemayoran dan diikuti 500 peserta. Di antara jumlah peserta itu, 35 orang hadir di KSP untuk menyimak langsung bagaimana perkembangan demokrasi dan pluralisme di negara sebesar Indonesia. Mereka berasal dari berbagai negara antara lain Amerika Serikat, Brasil, Korea Selatan, Inggris, Skotlandia,Β Australia, Perancis, Amerika Latin, Hong Kong, Jepang, Afrika Selatan, dan India. Para peserta hadir untuk mempelajari bagaimana Indonesia menyikap sikap toleransi beragama, mengingat Indonesia terdiri dari suku yang beragam.
βPancasila ini menyerap lima dasar sila. Yang pertama di situ menegaskan bahwa negara berdasarkan βKetuhanan Yang Maha Esaβ. Setelahnya, prinsip-prinsip modern seperti demokrasi dan social justiceΒ yang diakomodasi di Pancasila. Itu prinsip dasar yang diwariskan yang menjadi dasar yang merekat bagi Indonesia,β papar Eko.
Eko memaparkan, mengingat Indonesia yang terdiri dari 14 ribu pulau, 700 suku dan budaya serta raturan bahasa dan logat daerah, cukup kompleks bagi Indonesia untuk mengatur keberagaman tersebut. Seiring berjalannya waktu, dinamika masalah yang muncul juga rumit yang dimana dibutuhkan pendeketan yang spesifik. Namun, Pancasila menyatukan semua perbedaan itu.
βSikap pendiri bangsa kita tidak berdasarkan agama, melainkan kesatuan republik. Ideologi pancasila itu ideologi yang menyatukan republic yang oleh karena itu, sampai hari ini, Pancasila menjadi pengikat tunggal antara hubungan megara dan agama,β tegasnya.
Beberapa peserta yang hadir antusias mengikuti sesi kunjungan ke Bina Graha. Tercatat tokoh-tokoh penting di dunia pendidikan dan aktivis sosial, antara lain mantan Duta Besar AS untuk Dewan Ekonomi dan Sosial PBB Sichan Siv, Rektor Universitas Presbiterian Mackenzie Brasil Davi Charles Gomes, Uskup Gereja Anglikan Australia Peter Jansen, mantan Rektor Universitas Chongsin Korea In Whan Kim, dan professor dari Faculte Jean Calvin, Perancis Rodriga De Sousa. Kedatangan para akademisi dan tokoh agama ini didampingi oleh dua tokoh Reformed Injili Indonesia Benyamin Intan dan Edy Suyanto.
-
Banten5 hari ago
Harlah ke-102 NU di Kabupaten Lebak Ditutup Ketua PCNU KH Asep Saefullah
-
Tangerang5 hari ago
Pedestrian Jalan Raya Ciater Selesai Direvitalisasi
-
Nasional3 hari ago
MTQ Internasional 2025, Indonesia Juara Umum
-
Tangerang6 hari ago
Puluhan Mahasiswa UNPAM Ikuti Pendidikan Bela Negara, Benyamin: Jadilah Pemuda yang Memiliki Kepedulian Terhadap Bangsa
-
Tangerang6 hari ago
Benyamin Apresiasi Milad Rumah Al-Qurβan Aqsyanna di Ciputat Timur
-
Kota Tangerang6 hari ago
Siapkan Masa Depan Sehat, Dinkes Kota Tangerang Hadirkan Skrining Catin di Seluruh Puskesmas
-
Kota Tangerang6 hari ago
Safari Pembangunan Kecamatan Jatiuwung TA. 2024, Perbanyak Fasilitas Publik Pererat Kebersamaan Warga
-
Kabupaten Tangerang5 hari ago
Satpol PP Kabupaten Tangerang Layangkan SP Ketiga ke Pemilik Bangunan Liar di Kecamatan Pagedangan