Connect with us

Kota Tangerang

Enam Mitos Seputar TBC yang Beredar di Masyarakat

Published

on

Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang telah melaunching Kolaborasi Gerakan Bersama Menuju Eliminasi Tuberkulosis (Ransel TBC). Yakni, program skrining masif untuk penemuan kasus TBC di Kota Tangerang yang diawali dengan skrining mandiri melalui link https://ranseltbc.tangerangkota.go.id/.

 

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang dr Dini Anggraeni menyatakan, banyak hal yang perlu dipahami masyarakat terkait TBC. “Mulai dari gejalanya, pencegahannya hingga penyembuhannya. Tak terkecuali memahami sejumlah mitos seputar TBC yang kerap salah kaprah di masyarakat,” jelas dr. Dini, Senin (8/7/24).

 

Enam mitos seputar TBC yang salah besar

 

1. TBC adalah penyakit turunan

 

Ini mitos! Penyakit ini memang lebih sering menyebar di antara anggota keluarga, karena risiko penularan yang tinggi pada kontak serumah tapi tidak ada hubungannya dengan genetik atau riwayat kesehatan keluarga.

 

2. Orang yang terinfeksi bakteri TBC sudah pasti sakit

 

Ini mitos! Faktanya, kebanyakan orang sebenarnya pernah terpapar bakteri TBC setidaknya satu kali selama hidupnya. Akan tetapi, hanya 10 persen orang yang terinfeksi bakteri tuberculosis akan sakit TBC.

 

3. TBC adalah penyakit masyarakat ekonomi menengah ke bawah

 

Ini mitos ya. Semua masyarakat di tingkat ekonomi mana pun berisiko untuk tertular TBC. Meski begitu, tetap ada kelompok orang yang berisiko lebih tinggi untuk sakit TBC apabila memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, mengidap penyakit HIV dan diabetes, tinggal di tempat yang lingkungan yang lembab dan kurang pencahayaan matahari serta kontak langsung secara dekat dengan pasien TBC paru aktif.

 

4. TBC hanya bisa menyerang paru-paru

 

Ini mitos ya. Setelah bakteri TBC masuk ke dalam paru, bakteri tersebut mempunyai kemampuan penyebaran ke organ lain di luar paru. Seperti pleura, kelenjar, kulit, abdomen dan lainnya.

 

5. Pasien TBC harus dijauhkan

 

Ini mitos ya. TBC memang menular, tapi bukan berarti harus menjauhkan atau mengasingkan pasien TBC. Bakteri TBC tidak bisa menempel pada pakaian atau kulit. Bakteri bisa ditularkan melalui udara ketika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi atau melalui kontak dekat yang berlangsung lama dan rutin dengan pasien TBC.

 

6. TBC tidak bisa sembuh

 

Ini jelas mitos ya. Meski termasuk penyakit kronis, TBC bisa sembuh total asalkan pasien rutin berobat selama minimal 6-8 bulan berturut-turut dan tidak pernah lupa minum obat TBC. Jika tidak rutin minum obat, bakteri hanya melemah sesaat dan menguat sehingga sobat mengira bahwa penyakit sobat kambuh. Padahal, sebenarnya sobat belum sepenuhnya sembuh karena pengobatan yang tidak disiplin.

 

Sebagai informasi, skrining dan deteksi TBC dapat dilakukan sedini mungkin, untuk penanganan yang lebih cepat. Sehingga, nantinya bisa diketauhi berapa banyak masyarakat Kota Tangerang yang terkena tuberkulosis.

Populer