Connect with us

Tangerang

Dua Pegawai Disabilitas Dinsos Tangerang Selatan Kini Berstatus P3K, Muhammad Ervin Ardani: Kinerja Mereka Baik

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Muhammad Ervin Ardani menerangkan, ada dua penyandang disabilitas yang menjadi pegawainya. yaitu Sapto Wibowo dan Adi Mulyanto yang bertugas di pelayanan pengaduan masyarakat.

“Dalam rangka melaksanakan Undang-undang Penyandang Disabilitas nomor 8 tahun 2016 di Dinsos Kota Tangsel salah satu yang sudah melaksanakannya. Dari sekira 100 pegawai, ada dua orang pegawai disabilitas. Pak Adi dan Pak Bowo,” kata Ervin.

Sejauh ini, kata Ervin, dua pegawai tersebut menunjukkan kinerja baik sehingga diangkat menjadi PPPK.

“Alhamdulillah saat ini mereka statusnya sudah P3K. Kinerja mereka cukup baik, justru kita kadang tidak menduga dengan keterbatasannya mereka memiliki kelebihan,” ungkapnya Ervin.

Pelayanan inklusif terus dioptimalkan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel), baik dalam pelayanan di seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), pemenuhan sarana fasilitas publik yang ramah disabilitas hingga merekrut pekerja dari penyandang disabilitas untuk memberdayakan talenta yang dimiliki.

Sapto Wibowo Jadi Garda Terdepan Informasi di Dinsos Tangsel

Stigma negatif menjadi tangangan sosial yang dihadapi penyandang disabilitas. Tetapi, Sapto Prabowo memilih berjuang mematahkan stigma dan menjadi berdaya melayani masyarakat di Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Bagi masyarakat Kota Tangsel yang datang untuk pelayanan di Dinsos Kota Tangsel akan mudah mengenali sosok Sapto Prabowo. Pasalnya, penyandang disabilitas tunanetra itu merupakan petugas garda depan pelayanan dan informasi di Dinsos Kota Tangsel.

Pria 43 tahun itu bercerita, mulai menjalani karir sebagai staf di Dinsos Kota Tangsel sejak pertengahan 2018. Saat itu, Sapto aktif di Yayasan Raudlatul Makfufin.

“Dulu di call center menerima telpon yang menannyakan terkait layanan di dinas sosial. Kemudian sekarang di tempatkan di sini untuk menerima pendaftaran, memberikan formulir dan sebagainya,” kata Sapto bercerita.

Sapto yang alami tunanetra sejak kecil menuturkan, keterbatasan yang dimiliki tak menjadi halangan untuk berdaya.

Kuncinya, kata dia, teman-teman disabilitas lainnya harus semangat memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan.

Hal itu, telah dia lakukan sejak dini. Mulai dari menekuni sebagai hafidz quran hingga kini belajar komunikasi publik dengan baik. Sehingga, ketika kesempatan itu datang, bisa diraih untuk berdaya.

“Harus memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan itu bisa dijadikan alat untuk berkarya, bekerja. Memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan, ketika ada peluang bisa berpartisipasi mengambil peluang itu,” tutur warga Pamulang memotivasi.

Sapto tak menampik, dirinya alami kesulitan saat beradaptasi awal bekerja di Dinsos Kota Tangsel, terlebih dia harus memberikan pelayanan yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Tapi, dia tak menyerah.

“Waktu awal tantangannya mengenal lingkungan kantor mau ke ruangan, ke toilet dan ke ruang lainnya. Kemudian yang kedua mengenai sistem kerja dan aturan yang berlaku, dalam hal ini pelayanan kepada masyarakat, bagaimana memberi penjelasan kepada masyarakat, berkas adiminstrasi yg harus dibawa masyarakat ketika datang ke dinsos untuk keperluannya. Kalau bingung, saya tanya ke pekerja yang lebih awal di sini,” paparnya.

Berkat semangat dan ketekunannya, kini Sapto sudah tercatat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada Juni 2025 lalu.

“Dulu sangat senang ketika tahu Pemkot Tangsel akan menerima disabilitas untuk bekerja di sini. Mudah-mudahan harapannya OPD yang lain bisa memberdayakan teman-teman disabilitas juga,” harapnya. (fid)

Populer